Kecelakaan Pada Anak, Resiko Dan Pencegahan


Defenisi Kecelakaan
Pengertian kecelakaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), adalah kejadian (peristiwa) yang menyebabkan orang celaka. Lembaga Pusat untuk Pengendalian Penyakit memperkirakan bahwa setiap tahun, lebih dari 30.000 anak menderita cacat yang menetap dari kecelakaan. Cacat ini memiliki dampak buruk yang luar biasa pada perkembangan anak serta produktivitasnya di masa depannya, juga pada keuangan, dan emosi keluarga. Cedera yang tidak disengaja sering disebut sebagai kecelakaan karena mereka terjadi tanpa diharapkan dan sepertinya tidak terkendalikan.

Faktor Penyebab Kecelakaan
Faktor Internal
a. Usia dan tingkat perkembangan anak
Seiring dengan pertumbuhan anak banyak keahlian-keahlian baru yang dimilikinya, kemampuan untuk meraih dan memegang sesuatu, kemampuan berguling dan merangkak menuju ke perabot rumah, berjalan, dll. Bayi berkembang pada kurun yang berbeda, mungkin ia belajar berguling pada usia tiga tahun atau paling lambat enam bulan. Dengan demikian, setiap tahap perkembangan bayi satu dengan yang lain berbeda. Oleh sebab itu, cedera yang sering kali terjadi berhubungan dengan usia dan jenis perkembangannya.

b. Jenis kelamin
Kematian lebih banyak terjadi pada masa-masa awal kehidupan dan lebih banyak pada anak laki-laki di semua umur, yaitu 1,3 kali lebih banyak pada usia satu bulan pertama dan 1,6 kali lebih banyak pada anak-anak di usia sekolah. Banyak kajian yang menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih rawan terhadap kecelakaan daripada perempuan, mungkin hal ini disebabkan karena anak laki-laki lebih aktif dan berani mengambil resiko daripada anak perempuan.
c. Keadaan psikologis anak
Kecelakaan pada anak kebanyakan terjadi dikarenakan anak dalam kondisi kelelahan, lapar, tidak enak badan atau frustasi ketika mereka dalam keadaan stress (Espeland, 2005). Temperamen dan motivasi juga berperan terjadinya kecelakaan. Anak yang bertemperamen persisten akan selalu kembali kepada sesuatu yang dilarang. Anak yang aktivitasnya tinggi akan sering terbentur atau lecet dibandingkan anak yang kurang aktif. Sedangkan motivasi mencerminkan anak untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan dengan baik. Keinginan untuk mandiri mendorong anak ingin melakukan sesuatu walaupun secara fisik belum mampu, seperti memanjat pohon atau bersepeda jauh-jauh dari rumah.


Faktor  Eksternal
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor penyebab kecelakaan tersering. Cedera pada anak dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sampai umur empat tahun anak belum memiliki kemampuan mendeteksi bahaya. Setiap saat bahaya dapat mengintai si kecil, mulai dari tempat bermain, tempat tidur, mainan di sekitar rumah, cuaca, serangga, dan hewan lain, serta tumbuhan.
b. Keadaan psikologis orang yang mengasuh
Penelitian telah menunjukkan bahwa kecelakaan pada anak dikarenakan ibu yang sedang hamil, pada hari menjelang menstruasi atau ketika mereka sedang capek. Keadaan stress yang terjadi pada keluarga seperti menanti kelahiran sang bayi, sakit dan lain sebagainya juga bisa menjadikan kecelakaan beresiko tinggi.
c. Keadaan sosial
Resiko kecelakaan dapat juga dipengaruhi oleh keadaan sosial. Anak dari keluarga besar dengan perumahan buruk, yang sebagaian besar waktunya dihabiskan di jalan, dan hanya diawasi oleh anak yang sedikit lebih besar, berada dalam bahaya besar; dan ibu yang merawat anak kecil pada blok menara tanpa halaman atau tempat bermain tertutup memiliki masalah yang pelik.

Jenis Kecelakaan
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga usia di bawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Anak kecil mempelajari lingkungannya melalui penjelajahan, terutama dengan menggunakan indera perasa dan sentuhan mereka. Ketika anak tumbuh, bahaya yang mereka hadapi akan berubah akibat perkembangan kemampuan. Jenis cedera yang terjadi sering kali berhubungan langsung dengan usia anak dan tingkat perkembangannya.


Apa yang seharusnya diketahui oleh keluarga dan masyarakat tentang: PENCEGAHAN KECELAKAAN

  1. Banyak kecelakaan yang serius dapat dicegah jika orang tua atau siapa pun yang menjaga anak berhati-hati dan menjaga keamanan lingkungan mereka.
  2. Anak balita sangat berisiko jika berada di jalan. Awasi dan ajarilah perilaku aman di jalan setelah anak dapat berjalan.
  3. Anak dapat tenggelam dalam waktu kurang dari dua menit walaupun airnya tidak terlalu dalam. Jangan biarkan anak sendirian di sekitar air.
  4. Anak-anak harus dijauhkan dari api, kompor, lampu, korek api dan peralatan listrik. Jatuh dari ketinggian penyebab utama cedera pada anak. 
  5. Anak-anak suka memanjat. Karena itu pagar, tangga, balkon, atap, jendela dan tempat bermain harus dibuat aman agar anak tidak jatuh atau cedera.
  6. Racun, obat-obatan, pemutih, cairan kimia dan cairan pembakar seperti bensin atau minyak tanah tidak boleh disimpan dalam botol minuman. Semua cairan dan racun harus disimpan dengan tanda yang jelas dan jauh dari penglihatan dan jangkauan anak. Pisau, gunting, benda-benda tajam dan pecahan kaca dapat menyebabkan luka serius.
  7. Kantong plastik dapat menyebabkan anak kehabisan nafas. Benda-benda tersebut harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Anak kecil suka memasukkan benda ke dalam mulutnya. Jauhkanlah benda-benda kecil seperti koin, kelereng, kancing, biji-bijian dan manik-manik dari jangkauan anak-anak agar tidak tertelan.
  8. Anak-anak senang bermain dengan benda di sekitarnya dan seringkali tidak menyadari bahwa benda tersebut adalah bahan peledak yang masih aktif. Beritahukan kepada anak jika menemukan benda asing di tempat bermain, agar jangan menyentuhnya dan segera melaporkan kepada orang tua.
  9. Anak anak harus dikenalkan secara dini budaya tertib berlalulintas di jalan raya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar