Water Birth


Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi normal . Persalianan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan / aterm (37-42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi rasa nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan meniadakan perasaan cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative yang saat ini populer adalah persalinan dalam air hangat atau dikenal sebagai water birth.
Bagi kebanyakan melahirkan di air atau waterbirth masih belum populer, berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk melahirkan. Di Indonesia, tidak semua rumah sakit dilengkapi fasilitas untuk persalinan dengan metode water birth. Selain dibutuhkan tenaga medis yang terlatih khusus, pihak rumah sakit harus memiliki kolam bersalin berdesain khusus (birth pool ).Strelisasi air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan.
Water Birth telah diterima dan dipraktekkan di banyak Negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan New Zealand. Di Negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Jerman terdapat banyak Maternity Clinics yang menggunakan birthing tubs. Pada tahun 2006 Water Birth Internasional mencatat lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat menawarkan fasilitas tersebut. The Royal College of Obstetricans and Gynecologist dan The Royal College of Midwife mendukung persalinan dalam air bagi wanita yang sehat tanpa komplikasi pada kehamilannya. Jika petunjuk praktis dijalankan dengan baik dalam hal mengontrol infeksi, manajemen rupture tali pusat dan dengan kepatuhan pada persyaratan yang ada, komplikasi akan dapat dikurangi.
Di Indonesia Water Birth masih baru dan mulai populer ketika Liz Adianti Harlizon melahirkan dengan metode ini, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB di San Marie Family Healthcare, Jakarta ditangani oleh dr.T.Otamar Samsudin SpOG dan dr.Keumala Pringgadini,SpA. Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus Water Birth per tahun. Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali menyediakan fasilitas Water Birth adalah Rumah Sakit Umum harapan Bunda.
MESKI proses persalinan dalam air alias Water Birth sudah menjadi trend di kota-kota besar tanah air, tak terkecuali di Aceh yang sudah mengenal teknik tersebut sejak setahun belakangan, nyatanya Water Birth belum banyak diaplikasikan oleh bidan-bidan lokal. Meski untuk pengetahuan dasarnya sudah diberikan saat perkuliahan, namun teknik menyeluruh mengenai penanganan persalinan dalam air belum masuk di kurikulum ilmu kebidanan.
Hal tersebut tak dipungkiri oleh bidan senior Sumiatun Sudemba, S.ST, S.Pd.  Karena itulah, wanita yang akrab disapa Demba itu berharap banyak pada kegiatan seminar maupun penyuluhan soal Water Birth. 
“Memang belum semua bidan tahu. Saya setuju bila sosialisasi Water Birth terus digalakkan di kalangan mahasisiwa maupun praktisi kebidanan karena banyak manfaat yang akan diperoleh.
Sekalipun menganggap Water Birth tak ubahnya merupakan proses persalinan normal, namun Demba menilai teknik tersebut memiliki banyak kelebihan. “Sebenarnya standar persalinan normal, namun Water Birth memiliki sejumlah keunggulan. Tapi bagaimanapun setiap persalinan harus mengedepankan beberapa aspek, sebut saja cara kelahiran, kekuatan bayi, penolong, psikologis si ibu hingga pendampingnya pun harus diperhatikan.

ADD COMMENT

 
 
:D:lol::-);-)8):-|:-*:oops::sad::cry::o:-?:-x:eek::zzz:P:roll::sigh:
1000 symbols left

 

Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesaria


Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar terguncang. Jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi internasional misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman (making pregnancy safer program) yang dilaksanakan oleh World Health Organization (WHO), atau program gerakan sayang ibu (safe motherhood program) yang dilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi internasional di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain usaha-usaha tersebut, ada pula beberapa konferensi internasional yang juga bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) seperti International Conference on Population and Development, di Kairo, 1994 dan The World Conference on Women, di Beijing, 1995 (www.rahima.or.id, 2003).


Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berjumlah 307/100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan negara-negara Asean, AKI Indonesia menempati posisi mengkhawatirkan. Yang menyebabkan AKI tinggi ada dua faktor penyebab yaitu medis dan akses ke pelayanan kesehatan. Untuk mendukungMaking Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan WHO, Pemerintah melaksanakan strategi utama adalah memberi pertolongan persalinan yang diberikan tenaga kesehatan, kedua mengupayakan komplikasi ibu saat mengandung dan melahirkan dapat ditangani, ketiga mengupayakan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan. Mengenai target menurunkan AKI menjadi 125/100.000, agaknya sulit mencapai target tersebut (www.depkes.go.id , 2004).

Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding rahim, namun pada kenyataannya masih sering terjadi komplikasi pada ibu post partum seperti; infeksi puerperal, perdarahan, luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru, ruptur uteri dan juga dapat terjadi pada bayi seperti kematian perinatal (Mansjoer, et.all, 1999). 

Menurut Jones (2005) dalam tahun 30 tahun belakangan, peristiwa operasi caesar meningkat dengan pesat.  Kebanyak beralasan. Tetapi beberapa juga tidak mempunyai alasan yang tepat, hanya karena pasien menginginkan operasi tersebut, atau dokter menginginkan cara yang mudah.  Di Australia dan Inggeris, operasi caesar sekitar 10 sampai 15%.  Di Amerika Serikat, sekitar 16% sampai 20%.  Alasan tingginya jumlah kejadian operasi caesar di Amerika Serikat adalah, kebanyakan ahli kebidanan. 

Dari hasil laporan Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta tercatat bahwa pada tahun 2005 jumlah persalinan dengan operasi caesar meningkat menjadi 24% dengan jumlah 1.757 persalinan dari jumlah semula sebesar 1.389 (22,6%) (healthsolutionlpg_2006).

Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina, lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi caesar, yaitu bayi dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003). Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding rahim, namun pada kenyataannya masih sering terjadi komplikasi pada ibu post partum seperti; infeksi puerperal, perdarahan, luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru, ruptur uteri dan juga dapat terjadi pada bayi seperti kematian perinatal (Mansjoer, et.all, 1999). Persalinan melalui Sectio Caesaria tetap mengandung risiko dan kerugian yang lebih besar seperti risiko kematian dan komplikasi yang lebih besar seperti resiko kesakitan dan menghadapi masalah fisik pasca operasi seperti timbulnya rasa sakit, perdarahan, infeksi, kelelahan, sakit punggung, sembelit dan gangguan tidur juga memiliki masalah secara psikologis karena kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan bayi dan merawatnya (Depkes RI, 2006). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasca operasi caesar adalah perawatan luka insisi, tempat perawatan pasca operasi, pemberian cairan, diit, nyeri, mobilisasi dini, kateterisasi, pemberian obat-obatan dan perawatan rutin (Yuni, 2008).

Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu injuri atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidupnya yang normal. Mobilisasi secara bertahap sangat berguna membantu jalannya penyembuhan luka penderita. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai setelah 6-10 jam (Suzanne, 1999). Menurut Novaria (2000), salah satu pra kondisi yang menyebabkan rendahnya mobilisasi dini ibu bersalin adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Khususnya ibu-ibu post partum yang bersalin dengan operasi caesar.

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:  Pendidikan, menurut Suwarno (1992)  dalam buku Nursalam (2001) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh sesorang terhadap orang lain menuju  kearah suatu cita-cita tertentu, semakin  tinggi pendidikan orang semakin tinggi tingkat pengetahuanya. Pekerjaan, menurut Thomas (1996) dalam buku Nusalam (2001) pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan  terutama untuk menunjang kehidupanya dan  kehidupan keluarganya. Keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan  informasi termasuk kebutuhan sekunder, jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.(Wawan & Dewi, 2010)Umur, menurut Elisabeth. B.H (1995)  dalam buku Nursalam(2001)  usia individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai  saat  berulang tahun.  Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan  seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Huclok, 1998)3 Masalah  AKI dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang  kebutuhan masa nifas khusunya perawatan tentang  ambulasi dini. 
Sementara pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pendidikan,  pekerjaan dan umur (Notoatmodjo, 2003).
Umur mempengaruhi bagaimana ibu bersalin caesar mengambil keputusan dalam mobilisasi dini, semakin bertambah umur (tua) maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah. (Notoatmodjo, 2003). Dalam proses persalinan, ibu yang Menurut Perinansia (2003), paritas adalah pengalaman perawatan pasca persalinan, pengalaman pasca persalinan pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan mobilisasi dini dalam keluarga serta pengetahuan tentang manfaat mobilisasi dini berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk mobilisasi dini atau tidak. Dukungan dokter, bidan/petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama untuk ibu yang pertama kali operasi caesar. pertama kali operasi caesar pengetahuan terhadap mobilisasi dini masih awam dibandingkan dengan mobilisasi dini pada persalinan normal. Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dalam hal mobilisasi dini pasca caesar. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang arti penting mobilisasi dini pasca persalinan. Demikian juga dengan pendidikan dimana pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh sesorang terhadap orang lain menuju  kearah suatu cita-cita tertentu, semakin  tinggi pendidikan orang semakin tinggi tingkat pengetahuanya, dengan demikian ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi cenderung lebih memahami akan pentingnya mobilisasi dini setelah dilakukannya sectio caesaria. tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan mobilisasi dini yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri sangat diperlukan agar lebih tanggap terhadap adanya perilaku mobilisasi dini dan bisa mengambil tindakan secepatnya. 

Usaha Kesehatan Sekolah


Usaha kesehatan sekolah merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan disekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha kesehatan sekolah berfungsi sebagai lembaga penerangan agar anak tahu bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang benar, mengobati luka, merawat kuku dan memperoleh pendidikan seks yang sehat (Prasasti dalam Effendi, 2009).Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di sekolah merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yakni upaya pendidikan sekolah dan upaya kesehatan, yang diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan (Ananto dalam Efendi, 2009).Unit kesehatan sekolah juga memiliki definsi yaitu upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan disekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Nasrul,1998).UKS juga merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku yang sehat sehingga menghasilkan derajat kesehatan yang optimal (Departemen Kesehatan dalam Nasrul, 1998)
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah suatu usaha  dan kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk memberikan pelayanan kepada siswa yang membutuhkan pelayanan kesehatan pada tingkat pertama (pertolongan pertama). upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat dan bersih bagi peserta didik baik di sekolah maupun di masyarakat. Menurut Nasrul (2006) menjelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, informasi yang didapatkan untuk prilaku hidup bersih sehat melalui program usaha kesehatan sekolah.
Adapun manfaat dan tujuan dari uks adalah:Tujuan Umum:Meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal.Tujuan Khusus:Memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan siswa, yang mencakup :1.      Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.2.       Sehat fisik, mental maupun sosial.3.       Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZADengan adanya uks disekolah memudah kan siswa yang sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama yang diberikan oleh petugas yang ada di uks. Manfaat lain dari uks itu sendiri adalah dengan mengadakan pemeriksaan secara teratur dan berkala terhadap siswa maupun lingkungan sekolah. Kebersihan uks sekolah dapat mencerminkan kegiatan yang ada didalamnya. Uks yang baik sebaiknya memiliki sarana prasarana yang lengkap, pertukaran udara yang lancar, kebersihan yang baik, pencahayaan yang cukup, dan selalu diadakan pembaharuan-pembahauan terhadap kegiatan yang akan dilakukan. Pelayanan yang diberikan oleh petugas uks sebaiknya diperhatikan kondisi siswa yang membutuhkan.TRIAD UKS tersebut meliputi:Pengadaan dan Pengawasan Sarana Prasarana Pendukung UKS1.Renovasi Ruang UKS2.Renovasi Kamar Mandi / WC3.Merawat Kebun Sekolah4.Mengatur Kantin5.Merawat dan mengatur Taman6.Mengatur dan menyesuaikan kebutuhan perlengkapan kelas7.Mengatur dan menyesuaikan kebutuhan perlengkapan UKSMasalah-masalah yang sering terjadi disekolah adalah sebagai berikut:1. Setiap hari ada siswa yang sakit (sakit ringan)2. Tidak semua dirujuk di Puskesmas3. Bila yang sakit banyak, ruangan UKS tidak memenuhi syarat.Adapun pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah:1. Pertolongan pertama diberikan bantuan obat-obatan ringan sesuai dengan kebutuhan2. Bila sakitnya parah baru diberi surat rujukan ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat3.Yang sakitnya agak berat diperbolehkan di ruangan UKS atau berobat di Puskesmas

Klimakterium



Sampai akhir abad ini di Indonesia akan dijumpai sekitar 8-10 % lansia dan wanita lebih banyak dibandingkan kaum pria. Kesehatan mereka harus mendapat perhatian, oleh karena mereka telah berjasa sepanjang kehidupannya, sehingga tercapai kebahagiaan serta kesejahteraan. Seorang wanita pada usia tertentu akan mengalami klimakterium, dimana terjadi perubahan alamiah dalam tubuh wanita, ada yang tanpa gangguan dan ada juga yang mengalami percobaan berat, gangguan fisik dan tekanan psikis yang menekan, disamping itu ada hal-hal lain misalnya merasa dirinya tak berguna, tidak berdaya, merasa tidak menarik dan merasa rendah diri. Dewasa ini menopause telah menarik perhatian para ilmuwan untuk diteliti. Dengan kemajuan teknologi dan makin meningkatnya taraf kehidupan maka usia harapan hidup wanita di Indonesia juga meningkat. Keadaan ini menimbulkan masalah medis. Klimakterium adalah masa bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium yaitu antara 40-65 tahun.

Sekitar 40-85 % dari semua wanita dengan usia klimakterium mempunyai keluhan. Pada 25 % terjadi pada wanita Eropa, pada wanita Indonesia kurang ditemukan keluhan cukup berat yang menyebabkan wanita yang bersangkutan minta pertolongan dokter. Pada wanita klimakterium akan mengalami penuaan indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi hormon estrogen. Sistem hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran yang menyebabkan berbagai perubahan pada fisik dan psikis. Keluhan yang pertama kali dirasakan adalah keluhan vasomotor (yang berhubungan dengan pembuluh darah) seperti hot fishes (semburan panas tiba-tiba di wajah, leher dan dada), night sweats (keringat berlebihan di malam hari) dan atrofi urogenital (penipisan mukosa vagina) yang menimbulkan akibat lanjut berupa kekeringan liang vagina sehingga saat berhubungan suami istri terasa sakit dan terjadi penurunan libido. Keluhan lain yang dianggap sebagai gejala psikis dan sosial budaya, misalnya depresi sakit kepala.


Wanita pada masa klimakterium akan mengalami perubahan-perubahan tertentu yang dapat menyebabkan berbagai gangguan dari yang ringan sampai berat. Sebagian besar wanita klimakterium tidak mengetahui bahwa perubahan tersebut adalah suatu proses yang alami menjelang menopause.

Klimakterium merupakan masa yang bermula dari akhir tahap
reproduksi, berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65
tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan
vegetatif (Prawirohardjo, 2001).

Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin ((Prawirohardjo, 2001). Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan menurunnya berbagai fungsi degenerative ataupun endokrinologik dari ovarium yang menimbulkan rasa cemas pada sebagian besar wanita. Keluhan-keluhan pada masa ini disebabkan oleh sindroma klimaterik. Sindroma ini dialami oleh seluruh penduduk dunia. Tercatat di Eropa sekitar 70-80 %, Amerika sekitar 60%, Malaysia sekitar 57 %, China 18 % dan di Jepang serta Indonesia sekitar 10 %.

Wanita pada masa klimakterium akan terjadi perubahan-perubahan tertentu yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan ringan sampai berat. Perubahan dan gangguan itu sifatnya berbeda-beda. Tahap awal dari perubahan ini yaitu haid/menstruasi tidak teratur dan sering terganggu. Periode ini disebut sebagai masa pramenopause. Masa pramenopause sering pula dibarengi dengan meningkatnya aktifitas yang ditandai oleh gejala meningkatnya rangsangan sexual (Ayurai, 2009).
Gangguan psikis yang muncul pada masa klimakterium ini adalah dalam bentuk mudah tersinggung,
depresi, kelelahan, semangat berkurang, dan susah tidur.  perubahan psikologis masa klimakterium tidak sama seperti pada tiap wanita, sangat individual tergantung pada kehidupan psikologis emosional dan pada pandangan sebelumnya terhadap masa klimakterium. Wanita dengan keseimbangan psikologis emosional yang baik, berpengetahuan luas dan dikelilingi keluarga yang harmonis, umumnya mengalami hanya sedikit gangguan psikologis. Bagi wanita yang memiliki anggapan yang salah akan diliputi kecemasan yang berlanjut. Sebagian besar wanita klimakterium tidak mengetahui bahwa perubahan tersebut suatu proses yang alami menjelang menopause. Hal ini dipengaruhi beberapa factor diantaranya umur, pekerjaan, dan pendidikan. Mereka juga merasa khawatir dan bingung mengenai gejala-gejala tersebut sehingga aktif mencari pertolongan untuk mengidentifikannya, oleh karena itu mempersiapkan diri menghadapi masa klimakterium dengan pengetahuan yang memadai (Ayurai, 2009 blog)



Dukungan Keluarga Terhadap Lansia


Pengertian Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (1998), keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang mengalami maslah kesehatan. Bila salah satu dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka system didalam keluarga akan terganggu.
Beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman,(1998) adalah:
a. Mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah kesehatan yang terjadi dikeluarga.
b. Mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan masalah pada keluarga tersebut.
c. Merawat anggota keluarga.
d. Memelihara lingkungan.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu:


  1. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Menurut Tolsdorf & Wills (dalam Orford, 1992), tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Leavy (dalam Orford, 1992) menyatakan dukungan sosial sebagai perilaku yang memberi perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa dia dikagumi, dihargai, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia memberi perhatian dan rasa aman. Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.
  2. Dukungan informasi, Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 1998). apabila individu tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasehat, dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat, serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari. Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan informasional adalah dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan oleh individu. Douse (dalam Orford, 1992) membagi dukungan ini ke dalam 2 (dua) bentuk. Pertama, pemberian informasi atau pengajaran suatu keahlian yang dapat memberi solusi pada suatu masalah. Kedua adalah appraisal support, yaitu pemberian informasi yang dapat mebantu individu dalam mengevaluasi performance pribadinya. Wills (dalam Orford, 1992) menambahkan dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, nasehat, dan bimbingan. Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back (Sheiley, 1995). Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
  3. Dukungan instrumental, Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit (Friedman, 1998). dukungan ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat memenuhinya, sehingga keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu, serta modifikasi lingkungan. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material. Menurut Jacobson dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis. Wills (dalam Orford, 1992) menyatakan bahwa dukungan ini meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan benda-benda, misalnya alat-alat kerja, buku-buku, meminjamkan atau memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis.
  4. Dukungan penghargaan, Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan mempengaruhi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota (Cohen, 1999). terjadi lewat ungkapan hormat atau positif untuk pasien, misalnya: pujian atau reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan ataupun masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik seperti dorongan bagi anggota keluarga.  Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Menurut Cohent & Wils (dalam Orford, 1992), dukungan ini dapat berupa pemberian informasi kepada seseorang bahwa dia dihargai dan diterima, dimana harga diri seseorang dapat  ditingkatkan dengan mengkomunikasikan kepadanya bahwa ia bernilai dan diterima meskipun tidak luput dari kesalahan.
Sumber dan Manfaat Dukungan KeluargaDukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk keluarga (dukungan bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal. Menurut friedman (1998) Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda–beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.


LansiaMenua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan–lahan kemampuan jaringan untuk memperbaki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Menurut undang – undang no.4 tahun 1965 pasal 1, seseorang di nyatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun 1992 tentang kesehatan). 


Pengertian dan pengelolaan lansiamenurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut :
a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.


Perubahan Yang Terjadi Pada LansiaSuatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 1998). Perubahan yang terjadi pada lansia yaitu:
a. Perubahan Fisiologis
Menurut Nugroho (2008) terjadi perubahan fisik meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genitourinaria, endokrin dan integumen. Menurut setiabudhi (1999) perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolisme protein, gangguan metabolisme DNA, terjadi ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan enzim dan system pembuatan enzim, menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenchim serta adanya penambahan lipofuscin. Menurut Wibowo (dalam Harsuki, 2003: 245) adapun perubahan-perubahan fisioligis yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh adanya degenerasi fungsi alat-alat tubuh. Penyebab dari degenerasi tersebut sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Para pakar berpendapat karena adanya senyawa radikal bebas, arteriklerosis, dan kurangnya aktivitas fisik.
b. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keingginan, depresi, dan kecemasan (Maryam, 2008). Perubahan psikis pada lansia adalah besarnya individual differences pada lansia. Lansia memiliki kepribadian yang berbeda dengan sebelumnya. Penyesuaian diri lansia juga sulit karena ketidakinginan lansia untuk berinteraksi dengan lingkungan ataupun pemberian batasan untuk dapat berinteraksi (Hurlock, 2000).
c. Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia (Hurlock, 2000).
d. Perubahan Ekonomi
Menurut Kuntjoro (2002) Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.




Infeksi Nifas


Pascasalin (masa nifas) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir  ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas  berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Bari, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008). Perawatan diri pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang  telah  selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,  lamanya kira-kira 6-8 minggu. Seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti  sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan pascasalin (masa nifas)  sebenarnya dimulai sejak kala uri dengan menghindari kemungkinankemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi.
Menurut Huliana (2003), ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh ibu pascasalin antara lain; keadaan umum harus baik (suhu, pernafasan, tekanan darah, denyut nadi dalam keadaan normal); mobilisasi dilakukan 2 jam setelah persalinan normal dan 24 jam pertama pada seksio sesar ;makanan atau diet ibu postpartum harus mengandung cukup kalori, protein, cairan serta buah-buahan; berkemih harus secepatnya dilakukan karena pengeluaran air seni meningkat 24-48 jam pertama sampai hari ke-5 setelah melahirkan; sedangkan buang air besar harus ada dalam 3-4 hari pascasalin; pada keadaan normal demam terjadi 12 jam pertama pascasalin dan suhu tidak melebihi 38o C yang akan kembali normal setelah 12 jam; mules-mules akan terjadi 2-3 hari sesudah melahirkan; serta usahakan menyusui sedini mungkin sesuai kemampuan ibu (Huliana, 2003).   Hal-hal di atas sangat mempengaruhi proses penyembuhan ibu, terutama  pada alat-alat reproduksi ibu baik interna maupun eksterna yang akan berangsurangsur pulih seperti keadaan sebelum hamil yang disebut involusio. Untuk membantu proses involusi, perawatan pascasalin dilakukan pada alat-alat reproduksi yang meliputi vulva, perineum, uterus, abdomen, payudara, dan perawatan tromboflebitis pada kaki, perawatan hemoroid, perawatan kulit, serta perlu diperhatikan bila terjadi  postpartum syndrom (depresi setelah melahirkan) (Harnawatiaj, 2008).
Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan kejadian infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan salah satu komplikasi pascasalin yang menyebabkan masih tingginya AKI di Indonesia
Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilannya,persalinannya,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas.  AKI di Indonesia masih tertinggi di Negara Asean. Tetapi berdasarkan data resmi SDKI, AKI di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yaitu 270 per 100.00 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development Goald ( MDGs ) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian maternal merupakan suatu hal yang sangat kompleks yang dapat digolongkan kepada faktor-faktor komplikasi obstetric, pelayanan kesehatan, dan social ekonomi. Faktor komplikasi obstetric diantaranya adalah infeksi nifas pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat asepsis antisepsis.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Secara nasional menurut Purwanto (2001), angka kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7% dan 0,7% diantaranya berkembang kearah infeksi akut. Dengan demikian asuhan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya (Saefudin,2001). Asuhan kebidanan pada masa nifas tidak hanya diberikan kepada ibunya saja namun asuhan juga diberikan kepada bayinya,mengingat kematian neonatus sampai saat ini merupakan mortalitas tertinggi sepanjang kehidupan manusia dan berhubungan erat dengan angka kematian bayi. 
Dalam angka kematian bayi dikenal dengan istilah the two third rule atau aturan dua pertiga (2/3), yaitu aturan yang memperlihatkan bahwa dua per tiga dari seluruh kematian bayi berusia di bawah satu tahun merupakan kematian bayi usia kurang dari 1 bulan, dari kematian bayi usia kurang dari 1 bulan tersebut dua pertiga merupakan kematian bayi berusia kurang dari 1 minggu, dan bua pertiga dari jumlah bayi yang meninggal pada usia kurang dari 1 minggu tersebut meninggal pada 24 jam pertama.
Karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya maka sangat diperlukan asuhan pada masa nifas. Pada masa ini terjadi perubahan- perubahan fisiologi yaitu : perubahan fisik, involusi uterus, dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan psikologi.
Tujuan asuhan masa nifas antasa lain : menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi 
, melaksanakan skrining komprehensif mendeteksi masalah mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 
, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat.
dan memberikan pelayanan keluarga berencana

SENAM HAMIL DAN PROSES PERSALINAN



Pengertian Senam Hamil
Senam hamil adalah suatu program kebugaran yang diperuntukan bagi ibu hamil yang memiliki gerakan khusus yang disesuaikan dengan kondisi Ibu hamil, mengurangi keluhan yang timbul selama kehamilan dan mempersiapkan fisik dan psikis Ibu dalam menghadapi persalinan.
Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamen-ligamen atau dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan.
Senam hamil adalah terapi latihan gerakan untuk mempersiapkan Ibu hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan.
Melalui senam hamil diperoleh keadaan prima dengan melatih dan mempertahankan otot-otot dinding perut, otot dasar pangggul serta jaringan penyanggahnya berfungsi saat bersalin berlangsung. Senam juga melonggarkan persendian yang berhubungan dengan persalinan, memperoleh pengetahuan dan kemampuan mengatur pernafasan, relaksasi, dan kontraksi otot dinding perut, otot sekat rongga badan dan otot dassar panggul saat persalinan. Dengan senan juga meningkatkan kemampuan mengkoordinasi kekuatan kontraksi otot rahim sehingga tercapai hasil optimal menuju jalan lahir, dan meningkatkan kesegaran rohani dan jasmani Ibu hamil.
Senam hamil dapat mempermudah persalinan. Menurut Ervin Indarti, Fisioterapis RSI Jemursari Surabaya, senam hamil bermanfaat untuk mempermudah proses kelahiran, mengurangi rasa sakit saat melahorkan serta memperkuat otot-otot dasar panggul dan dinding perut Ibu dalam memperlancar proses kelahiran. Bahkan Ervin menjelaskan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Ibu hamil yang melakukan senam hamil dan ketika proses kehamilan.
Senam hamil berguna untuk mengoptimalkan keseimbangan fisik, memelihara kesehatan kehamilan, menghilangkan keluhan yang terjadi karena perubahan-perubahan akibat proses kehamilan dan mempermudah proses persalinan.
Menurut dr. Tjahja Sanggara SPOG, senam hamil juga dapat mengurangi rasa sakit pada waktu persalinan, melancarkan sirkulasi darah, mengurangi keluhan pada Ibu hamil, Ibu lebih bugar, memberikan relaksasi, mengurangi kejang kaki, mengurangi kaki bengkak, menguatkan otot perut dan mempercepat penyembuhan setelah kehamilan, meningkatkan stamina yang sangat diperlukan selama persalinandan menguatkan serta mengencangkan otot-otot yang paling banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
Senam hamil akan banyak memberi manfaat dalam membantu kelancaran proses persalinan, antara lain dapat melatih pernafasan dan relaksasi, menguatkan otot-otot panggul dan perut, serta melatih cara mengejan yang benar.
Tujuan lain senam hamil yaitu memberi dorongan serta melatih jasmani dan rohani dari ibu secara bertahap agar Ibu dapat menjalani proses persalinan dapat berjalan dengan lancer dan mudah.
Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu
hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman, dan spontan. Senam hamil merupakan bagian dari perawatan antenatal
pada beberapa pusat pelayanan kesehatan tertentu, seperti rumah sakit,puskesmas, klinik, ataupun pusat pelayanan kesehatan yang lainnya.Senam hamil bermanfaat untuk mempertahankan dan mengoptimalkan
keseimbangan fisik, memelihara kesehatan kehamilan, menghilangkan
keluhan yang terjadi karena perubahan-perubahan akibat proses
kehamilan, dan mempermudah proses persalinan


Kasus-kasus yang tidak boleh dilakukan senam hamil.
Senam hamil di tujukan bagi Ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit yang menyertai kehamilan, yaitu penyakit jantung, ginjal dan penyulit dalam kehamilan, (hamil dengan perdarahan, kelainan letak dan kelainan yang di sertai dengan Anemia).
Ada dua tipe kondisi wanita yang tidak bias melakukan senam hamil, yaitu yang bersifat relatif (riwayat kebidanan jelek, janin kembar, menderita diabetes, letak bayi sungsang), sementara yang bersifat mutlak tidak boleh dilakukan senam hamil adalah menderita penyakit jantung, hipertensi, resiko kelahiran prematur.
Latihan senam ini harus dihentikan jika terjadi keluhan nyeri dibagian dada, nyeri kepala, nyeri persendian, kontraksi rahim yang sering, keluar cairan, denyut jantung meningkat lebih dari 140/menit, kesulitan untuk berjalan, mual dan muntah yang menetap.
Ibu hamil yang berindikasi disarankan untuk tidak mengikuti senam hamil, yang dimaksud ibu hamil berindikasi yakni ibu hamil dengan plasenta yang menutupi jalan lahir atau plasenta previa, panggul sempit, kehamilan kembar.

Tujuan Senam Hamil
Melalui latihan senam hamil yang teratur dapat dijaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses mekanisme persalinan.

  1. Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri sendiri dan penolong dalam menghadapi persalinan.
  2. Membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis.
  3. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligamen-ligamen dan jaringan serta hal-hal yang berperan dalam mekanisme persalinan.
  4. Melonggarkan persendian-persendian yang berhubungan dengan proses persalinan.
  5. Membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak janin dan mengurangi sesak nafas.

Manfaat senam hamil

  1. Mengoptimalkan kekuatan fisik, ini sangat berguna pada saat proses kelahiran nanti.
  2. Sirkulasi darah akan berjalan dengan baik sehingga kelak akan membantu dalam penyembuhan setelah melahirkan.
  3. Mengurangi bengkak-bengkak pada kaki
  4. Menguatkan otot perut dan panggul.
  5. Mengurangi resiko gangguan sembelit.
  6. Mengurangi kejang-kejang pada kaki/kram/kesemutan
  7. Meningkatkan keseimbangan otot-otot.
  8. Mengurangi rasa mual, nyeri dan pusing





Pemberian Kolostrum Pada Bayi


Kolostrum adalah, cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan
berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh
setelah melahirkan. (Utami Roesli, 2004)
Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara
(Soetjiningsih, 1997). Kolostrum adalah ASI stadium I dari hari pertama sampai
hari keempat. Setelah persalinan komposisi kolostrum mengalami perubahan.
Kolostrum berwarna kuning keemasan yang disebabkan oleh tingginya komposisi
lemak dan sel-sel hidup.
2.1.2 Kandungan Kolostrum
Kolostrum penuh dengan zat antibody (zat pertahanan tubuh untuk
melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh) dan immunoglobulin (zat
kekebalan tubuh untuk melawan infeksi penyakit). Kolostrum mengandung zat
kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang
terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare.
Kandungan dari kolostrum antara lain:
 Protein : 8,5%
 Lemak : 2,5%
 Karbohidarat : 3,5%
 Garam dan Mineral : 0,4% dan Air : 85,1%

 Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit.
 Leukosit (sel darah putih)
 Sisa epitel yang mati.
Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat-zat dan
vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrum yang
meningkat dan ditambah dengan adanya isapan bayi baru lahir secara terus
menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke
payudara ibu, agar bayi dapat sesering mungkin menyusui.
Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu
dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir
karena pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu tidak ada.
2.1.3 Pembentukan Kolostrum
Tubuh ibu mulai memproduksi kolostrum pada saat usia kehamilan tiga
sampai empat bulan. Tapi umumnya para ibu tidak memproduksinya kecuali saat
ASI ini bocor sedikit menjelang akhir kehamilan.
Pada tiga sampai empat bulan kehamilan, prolaktin dari adenohipofise
(hipofiseanterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan
kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen
dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktivitas dalam
pembuatan kolostrum yang ditekan.
Sedangkan pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta mulai
merangsang pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon
terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat bulan dimana bayinya
meninggal tetap keluar kolostrum
Banyak wanita usia reproduktif ketika ia melahirkan seorang anak
tidak mengerti dan memahami bagaimana pembentukan kolostrum yang
sebenarnya sehingga dari ketidaktahuan ibu tentang pembentukan kolostrum ia
akhirnya terpengaruh untuk tidak segera memberikan kolostrum pada bayinya.
2.1.4 Refleks-refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran
air susu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal dua refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu,yaitu :
1. Refleks prolaktin
Seperti yang telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama
hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah
kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesterone yang kadarnya memang tinggi. Setelah melahirkan berhubung
lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka estrogen dan
progesterone sangat berkurang. Ditambah lagi dengan hisapan bayi yang
merangsang ujung-ujung syaraf sensorik yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik..
Rangsangan ini berlanjut ke hypothalamus yang akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya,
merangsang adenohypofise(Hipofise Anterio ) sehingga keluar prolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu.
Pada ibu menyusui kadar prolaktin akan normal tiga bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak. Sedangkan pada ibu yang tidak menyusui kadar
prolaktin akan normal pada minggu kedua sampai ketiga.
2. Refleks Let Down
Bersaman dengan pembentukan prolaktin adenohypofise, rangsangan yang
berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohypofise (Hypofise
posterior) yang kemudian mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan kontraksi
sel-sel miopitel. Hisapan bayi memicu pelepasan dari alveolus mamma melalui
duktus ke sinus laktiferus dimana ia akan disimpan. Pada saat bayi menghisap,
ASI di dalam sinus akan tertekan keluar kemulut bayi. Pelepasan dapat terjadi bila
ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya
(Pusdiknakes, 2003).
Ibu-ibu setelah melahirkan belum mengetahui tentang reflek yang terjadi
yang berhubungan dengan pemberian kolostrum nantinya, sehingga ibu tidak
memberikan kolostrum tersebut secara nyata pada bayi baru lahir.
2.1.5. Manfaat Kolostrum
Kolostrum sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi karena kolostrum
merupakan imunisasi pertama bagi bayi.
Manfaat kolostrum antara lain (Utami Roesli, 2004) :
1. Membantu mengeluarkan mekonium dari usus bayi karena kolostrum
merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium
sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima
ASI.
2. Melindungi bayi dari diare karena kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh
10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu matang.

3. Melawan zat asing yang masuk ke tubuh bayi
4. Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat kekebalan tubuh
5. Menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis (menguraikan) protein
6. Mengeluarkan kelebihan bilirubin sehingga bayi tidak mengalami jaundice
(kuning) dimana kolostrum mempunyai efek laktasif (Pencahar).
7. Berperan dalam gerak peristaltik usus (gerakan mendorong makanan)
8. Menjaga keseimbangan cairan sel
9. Merangsang produksi susu matang (mature)
10. Mencegah perkembangan kuman-kuman patogen
Keseluruhan manfaat daripada kolostrum di atas banyak tidak diketahui
oleh ibu-ibu setelah melahirkan. Padahal manfaat tersebut sudah seringkali
diberitakan melalui media, ataupun melalui penyuluhan yang diberikan oleh bidan
desa. Namun banyak ibu tetap tidak mau segera memberikan kolostrum kepada
bayi baru lahir dengan alasan mereka belum diberitahu tentang manfaat kolostrum
tersebut.
2.1.6. Aspek kekebalan Tubuh Pada Kolostrum
Aspek-aspek kekebalan tubuh pada kolostrum antara lain :
1. Immunoglobin
Fraksi protein dari kolostrum mengandung antibody yang serupa dengan
antibody yang terdapat di dalam darah ibu dan yang melindungi terhadap
penyakit karena bakteri dan virus yang pernah diderita ibu atau yang telah
memberikan immunitas pada ibu. Immunoglobulin ini bekerja setempat dalam
saluran usus dan dapat juga diserap melalui dinding usus dalam sistem

sirkulasi bayi. Yang termasuk dalam antibody ini adalah IgA, IgB, IgM, IgD,
dan IgE.
2. Laktoferin
Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
zat besi. Bersamaan dengan salah satu immunoglobulin (IgA), laktoferin
mengambil zat besi yang diperlukan untuk perkembangan kuman E.coli,
stafilokokus dan ragi. Kadar yang paling tinggi dalam kolostrum adalah 7 hari
hari pertama postpartum. Efek immunologis laktoferin akan hilang apabila
makanan bayi ditambah zat besi.
3. Lisosom
Bersama dengan IgA mempunyai fungsi anti bakteri dan juga menghambat
pertumbuhan berbagai macam-macam virus. Kadar lisosom dalam kolostrum
dan ASI lebih besar dibandingkan dalam air susu sapi.
4. Faktor antitripsin.
Enzim tripsin berada di saluran usus dan fungsinya adalah untuk memecah
protein, maka antitripsin di dalam kolostrum akan menghambat kerja tripsin.
5. Faktor bifidus
Lactobacilli ada di dalam usus bayi yang membutuhkan gula yang
mengandung nitrogen, yaitu faktor bifidus. Faktor bifidus berfungsi mencegah
pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti E.coli, dan ini hanya
terdapat di dalam kolostrum dan ASI.
6. Lipase
Berfungsi sebagai zat anti virus.

7. Anti stafilokokus
Berfungsi melindungi bayi terhadap bakteri stafilokokus
8. Laktoferoksidase
Berfungsi membunuh streptokokus
9. Komponen komplemen
Mengandung komplemen C3 dan C4 yang berfungsi sebagai faktor pertahanan.
10. Sel-sel fagositosis
Dapat melakukan fagositosis terutama terhadap stafilokokus, E.coli dan
candida albican.
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Faktor – faktor pelindung ini
semua ada di dalam ASI yang mature maupun di dalam kolostrum. Pemberian
kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian ASI terus menerus merupakan
perlindungan terbaik yang dapat diberikan kepada bayi terhadap penyakit
(Pusdiknakes, 2003).
Kolostrum mengandung anti kekebalan tidak menjadi suatu hal yang
utama pada ibu-ibu setelah melahirkan. Kebanyakan mereka tidak segera
memberikan kolostrum karena menganggap kolostrum bukanlah pengaruh yang
terpenting buat masa depan bayi mereka. Serta akibat dari pengetahuan yang serba
terbatas sehingga mereka tidak mampu mencerna makanan dari pemberian
kolostrum.

Empat Belas Hal Terpenting Dari Kolostrum
Kolostrum adalah anugerah yang tak ternilai harganya dari Tuhan yang
khusus diberikan untuk si kecil tercinta. Beberapa fakta menunjukkan mengapa
kolostrum harus diberikan kepada bayi baru lahir, diantaranya ada dalam 14 hal
terpenting dari kolostrum:
1. Kolostrum (sering disebut ASI jolong) adalah ASI pertama yang diproduksi
payudara ibu selama hamil.
2. Kolostrum adalah air susu yang keluar sejak ibu melahirkan sampai usia bayi
4-7 hari. Bisa berupa cairan bening atau kuning keemasan kental. Jumlah
kolostrum memang sedikit (150-300 cc per hari) namun hebat dalam
kemampuan, sehingga diibaratkan “bensin beroktan tinggi”. Susu special ini
rendah lemak namun tinggi karbohidrat dan protein .
3. Komposisi kolostrum berbeda dengan ASI yang keluar pada hari ke 4-7
sampai hari ke-10 – 14 kelahiran (ASI transisi) dan juga berbeda dengan ASI
yang keluar setelah hari ke-14 (ASI matang).
4. Kolostrum full antibody dan immunoglobulin. Kolostrum mengandung
sejumlah besar sel-sel hidup sehingga kolostrum bisa dianggap vaksin alami
pertama yang 100% aman.
5. Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak
dibandingkan susu matang yang berfungsi melindungi bayi dari diare dan
infeksi.
6. Kolostrum juga mengandung leukosit atau sel darah putih dalam jumlah tinggi
yang dapat menghancurkan bakteri dan virus penyebab penyakit.

7. Kolostrum mengandung mineral lebih tinggi, terutama potassium, sodium, dan
klorida yang berfungsi dalam gerak peristaltic usus dan menjaga
keseimbangan cairan sel.
8. Kolostrum mengandung vitamin yang larut dalam lemak serta mengandung
zat yang dapat menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis protein,
sehingga zat anti infeksi yang umumnya terdiri dari protein tidak akan rusak.
9. Kolostrum sangat mudah dan merupakan makanan pertama yang sempurna
bagi bayi.
10. Kolostrum mempunyai efek laktasif (pencahar) sehingga membantu bayi
mengeluarkan mekonium dan bilirubin yang berlebihan agar bayi tidak
mengalami jaundice (kuning).
11. Kolostrum mempunyai peran special dalam saluran pencernaan bayi baru lahir
yang masih sangat permeable. Kolostrum menutup lubang-lubang penyerapan
itu dengan cara mengecat dinding saluran pencernaan sehingga sebagian besar
zat-zat asing dapat dicegah untuk membuat alergi atau penyakit.
12. Kolostrum dihasilkan saat pertahanan bayi paling rendah. Sehingga dikatakan
tidak ada pengganti untuk kolostrum.
13. Penghisapan kolostrum akan merangsang produksi ASI matang.
14. Jika kolostrum dapat diperdagangkan secara komersial dengan kandungan
immunoglobulin dan antibody didalamnya maka harga kolostrum mencapai 80
dolar per 30 cc.


Perilaku Pemberian Kolostrum
Perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan baik pada
individu, kelompok maupun masyarakat (Blum, 1974 dalam Notoatmodjo, 2003).
Perilaku adalah apa yang dikerjakan atau aktivitas seseorang yang dapat diamati
(Sobur, 2003). Menurut pendapat Sarwono (1997), perilaku manusia merupakan
hasil dari pengalaman, interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku seorang ibu juga mempengaruhi dalam pemberian ASI kolstrum
terhadap bayinya. Menurut Suraatmaja (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi
ibu dalam pemberian ASI kolostrum adalah : faktor sosial budaya, faktor
psikologis, faktor fisik ibu, faktor keterpaparan terhadap iklan promosi susu
kaleng.
Menurut Sobur (2003) untuk mendorong seseorang berperilaku kesehatan
seperti memberikan ASI kolostrum, maka dibutuhkan upaya pemberian informasi
tentang ASI kolostrum dan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan,
seseorang memerlukan proses belajar.
Hal yang paling utama dalam menyampaikan informasi adalah : tekhnik
komunikasi. Komunikasi sangat penting diperhatikan pada saat penyampaian
pesan, karena dengan komunikasi yang efektif maka dapat mempengaruhi
perilaku seseorang. Agar terjadi komunikasi yang efektif, harus terjadi
keterlibatan antara yang menyampaikan dan yang menerima pesan termasuk
dalam pemberian informasi tentang kolostrum (Notoatmodjo, 2003).

Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan dan
pengalaman cara pemberian ASI terutama kolostrum secara baik dan benar akan
menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya kegagalan memberikan kolostrum
dimasa lalu serta mitos-mitos yang berlaku dimasyarakat akan mempengaruhi
perilaku seorang ibu terhadap penyusuan sekarang.
Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri si ibu secara sukarela
dan penuh rasa percaya diri dan mampu menyusui bayinya begitu lahir.
Pengetahuan tentang kolostrum, nasehat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan
nilai yang berlaku dimasyarakat akan membentuk perilaku ibu yang positif
terhadap masalah pemberian kolostrum dan menyusui. (Roesli, 2000).
Oleh karena ibu-ibu kurang pengetahuan dan kurang diberi nasehat tentang
pentingnya pemberian kolostrum, maka banyak ibu setelah bersalin tidak
langsung memberikan kolostrum namun kebanyakan menunggu sampai berwarna
putih dan yang cairan berwarna kuning dibuang.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan, pengalaman menyusui, media, faktor petugas dan pelayanan kesehatan yang meliputi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kolostrum.

Pengetahuan melandasi seseorang untuk berperilaku sehat atau tidak
seperti perilaku pemberian kolostrum sangat ditentukan oleh pengetahuan yang
dimiliki.

Sikap merupakan proses merespon seseorang terhadap objek tertentu dan
mengandung penilaian suka-tidak suka, setuju-tidak setuju, atau mengambil
keputusan positif atau negatif (Sobur, 2003). Terdapat tiga komponen dari sikap
yakni kognitif (keyakinan), afektif (emosi/perasaan), dan konatif (tindakan).
Penelitian survey yang dilakukan Yefrida (1997), tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI exklusif
menunjukkan hasil bahwa faktor kognitif atau keyakinan adalah faktor yang
paling berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI exklusif yaitu
sebesar 75,63%.

Faktor lain yang juga berhubungan dengan perilaku menurut Green (1980)
dalam Notoatmodjo (2003) adalah adanya dukungan sosial. Dukungan sosial ini
dapat berasal dari keluarga terdekat seperti suami, orangtua/mertua dan saudara.
Dukungan ini akan meningkatkan perilaku pemberian ASI.
Menurut Lubis (1993), jika seorang ibu tidak pernah mendapatkan nasehat
dan penyuluhan tentang ASI dari keluarganya maka dapat mempengaruhi
sikapnya pada saat ibu tersebut menyusui sendiri bayinya. Selain itu dukungan
dari petugas kesehatan seperti bidan juga mempengaruhi perilaku pemberian ASI
pada bayi.

Budaya merupakan pelaksanaan norma-norma kelompok tertentu yang
dipelajari dan ditanggung bersama. Yang termasuk di dalamnya adalah pemikiran,
penuntun, keputusan dan tindakan atau perilaku seseorang. Selain itu nilai budaya
adalah merupakan suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau
pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu sehingga
mempengaruhi tindakan dan keputusan (Leiningger, 1985).
Pengaruh sosial budaya juga terlibat dalam perilaku perawatan keluarga
yang memiliki anak. Mempunyai anak merupakan pengalaman hidup yang kritis

dan penuh dengan kepercayaan dan praktek-praktek tradisional (Alfonso, 1979
dalam Bobac dan Jansen, 1997). Adat kebiasaan atau sosial budaya yang sering
dilakukan dalam masa menyusui seperti menunda menyusui 2-3 hari setelah
melahirkan, membuang kolostrum sebelum menyusui bayi dan memberi makanan
selain ASI sebelum ASI keluar.
Perilaku pemberian ASI kolostrum, akan menimbulkan respon yang
berbeda-beda bagi setiap keluarga, biasanya sangat dipengaruhi oleh budaya yang
mereka miliki. Menurut Green (1980) dalam Notoatmodo (2003), budaya adalah
merupak faktor predisposisi yang dapat menjadi faktor pendukung atau faktor
penghambat suatu perilaku kesehatan seperti perilaku pemberian ASI kolostrum.