Ini adalah mimpi terburuk bagi
setiap orang tua memiliki bayi atau membesarkan balita mengenai keselamatan
anak di dan di sekitar rumah. Statistik mengkhawatirkan mengenai kecelakaan
rumah sakit dan darurat dilihat oleh orang tua dengan anak-anak mereka yang
telah mengalami kecelakaan. Di Inggris saja sekitar dua juta anak-anak bergegas
ke rumah sakit per tahun karena dari kecelakaan dalam rumah dan dengan ini
dalam pikiran bahwa kita harus sangat hati-hati dan menyediakan peralatan yang
diperlukan untuk menyediakan lingkungan rumah yang aman untuk anak-anak.Ini,
yang pertama dari lima artikel, terlihat pada cara-cara di mana balita
kecelakaan di rumah dapat dikurangi dan produk apa tersedia untuk meminimalkan
risiko kecelakaan yang terjadi. Yang pertama akan dibahas di sini, kita
mengidentifikasi daftar berikut sebagai lima bahaya utama bayi dan balita
keselamatan dalam atau di sekitar rumah (artikel ibu dan bayi, 2011)
Anak Balita (bawah lima tahun)
dapat mengalami cedera sejak usia nol bulan dan mempunyai risiko yang sama dari
bulan ke bulan namun rentang waktu antara 15 sampai 17 bulan adalah usia paling
berisiko tinggi terkena cedera,Kelompok peneliti Universitas Kalifornia
mengungkapkan dalam laporan berdasarkan penelitian dan pengamatan terhadap 23 ribu
kasus cedera anak balita dari tahun 1996 sampai 2008 yang diharapkan mendapat
perhatian orang tua maupun dokter spesialis anak tentang berbagai bahaya yang
dapat mengancam keselamatan anak. Selama tahun pertama hasil penelitian.
Anak bukanlah miniatur orang
dewasa. Anak menjalani proses tumbuh kembang yang dinamik. Mereka sangat rentan
terhadap efek polutan akut dan kronik yang ada di lingkungan mereka.
Kenyataannya, tiga juta balita meninggal tiap tahun akibat lingkungan yang
tidak aman. Air minum yang tidak sehat dan sanitasi buruk, polusi udara dalam
ruangan, serta kecelakaan, cedera dan keracunan merupakan tiga aspek saja dari
begitu banyak penyebab kematian balita tersebut. Di negara berkembang, pada
tahun 2000 saja sebanyak 1,3 juta balita meninggal akibat diare yang disebabkan
persediaan air yang tidak sehat, sanitasi, dan higine yang buruk.
Data WHO mengungkapkan 60% dari
2,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh infeksi saluran napas
akut akibat polusi udara dalam ruang, di antaranya akibat pembakaran bahan
bakar biologi dalam ruang yang kecil dan sempit, kurangnya pemanasan yang
adekuat dan/atau kondisi sehari-hari yang tidak bersih. Kecelakaan yang
meliputi kecelakaan jalan raya, tenggelam, terbakar, dan keracunan adalah
penyebab lebih dari 400.000 kematian balita per tahunnya. Penurunan kualitas
lingkungan ini dapat menimbulkan dampak yang luas bagi anak, terutama hilangnya
atau menurunnya kemampuan untuk hidup aktif. Penelitian mengungkapkan bahwa
lebih dari 40% penyakit dunia akibat faktor bahaya lingkungan dapat terjadi
pada balita. Sementara balita sendiri merupakan 10% bagian populasi dunia.
Tetapi, sampai saat ini tidak ada usaha spesifik yang dilakukan untuk
mengaitkan bahaya lingkungan tertentu mana yang mempengaruhi anak. Karena itu,
WHO membentuk Satuan Tugas untuk Perlindungan Lingkungan Anak (Task Force for
the Protection of Children’s Environmental Health). Satgas ini meluncurkan
kegiatan besar pertamanya, yaitu The International Conference on Environmental
Threats to the Health of Children di Bangkok. Konferensi ini akan
menitikberatkan ancaman lingkungan utama terhadap kesehatan dan perkembangan
anak, serta berbagai usaha yang akan dilakukan untuk menurunkan dampak
lingkungan ini pada anak. Selain faktor risiko di atas, topik seperti efek
pajanan timbal, merkuri, pestisida, polutan organik persisten, dan zat kimia
lain pada anak juga akan dibahas. Demikian juga efek asap tembakau, radiasi,
perubahan lingkungan, dan kualitas serta keamanan makanan anak. Selain itu,
akan dikaji pula bagaimana membuat lingkungan rumah, sekolah, kerja yang lebih
aman bagi anak. Komitmen atas kesehatan anak berarti semua bahaya harus
dikurangi di semua tempat seorang anak menghabiska sebagian besar
hari-haringya, termasuk jalan dan sarana transportasi yang mereka gunakan,
ungkap Dr. Richard Helmer, Direktur Departemen Kesehatan Lingkungan WHO.
(Medika, 2007).
Anak adalah individu
unik dan aset bangsa utama yang
sebagian besar aktivitasnya adalah bermain. Anak merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan sumber
daya manusia bagi pembangunan nasional. Untuk mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas diperlukan pembinaan terus menerus demi kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan perkembangan fisik mental dan sosial anak, termasuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.
Dimasa mendatang kecelakan dan cedera pada anak-anak akan menjadi salah
satu masalah kesehatan penting. Karenanya, tindakan pencegahan dan penanganan
pertama perlu dipahami oleh masyarakat terutama orang tua sebagai orang yang
paling dekat dengan anak. Kecelakaan dan cedera pada anak dapat terjadi dimana
saja dan kapan saja. Sampai umur empat tahun anak belum memiliki kemampuan
mendeteksi bahaya, dan ini cukup rawan. Setiap saat bahaya dapat terjadi pada
anak mulai dari tempat bermain, tempat tidur, mainan, benda-benda disekitar
rumah, cuaca, serangga dan hewan lain, serta tumbuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar